Sebelum subuh saya sudah siap dan
berangkat ke Bojonegoro, salat subuh diperjalanan dan sampai di terminal pada
pukul lima pagi. Janjian kumpul jam 6, dan tepat. Saya berangkat ke Jogja
bersama Bella, Niken, Nanda, Aldhia, dan Nizar naik tayo (bis) dengan tarif
Rp25.000,00. Untuk sampai di Jogja kami harus ganti bus di Terminal Ngawi. Tayo
pertama yang datang adalah tayo ekonomi, karena penuh sesak kami memutuskan
menunggu tayo selanjutnya. Dan teryata yang datang patas, duh. Karena uang kami
baru berkurang untuk membayar tayo yang tadi, dengan gaya gaya sok banyak duit naiklah kami. Kesan saya
untuk bis patas adalah harga sesuai sih dengan fasilitasnya, oke banget. Kami
memilih tanpa makan dengan membayar Rp45.000,00 dengan niatan irit hehe. Jadi
ketika patas berhenti di rumah makan, kami hanya beli makanan ringan seperti
tahu bakso, siomay, kentang goreng, dan lain-lain dengan kisaran harga
Rp10.000,00 untuk mengganjal perut. Sekitar pukul 13.00 WIB kami sampai di Terminal
Giwangan. Kami melanjutkan perjalanan ke Sewon, Bantul (kediaman Nizar) dengan
menggunakan Grab.
Setelah sampai rumah kami
bersih-bersih, istirahat, cari makan dan merencanakan perjalanan. Kami cari
makan di sekitaran kampus ISI, kalau di Jogja gak perlu mikir harga saya kira,
murah pasti. Malam ini kami ingin memulai perjalanan, tapi tiba-tiba malamnya
hujan dan kami bimbang untuk pergi ke Pinus Pengger. Untuk mengobati kegagalan
rencana kami, akhirnya pada pukul delapan malam kami pergi ke Alun-alun Kidul
menggunakan grab. Nizar tidak ikut karena tiba-tiba badannya panas. Kami
jalan-jalan mengelilingi alun-alun dan jalan jauh ke Plengkung Gading. Kami
kembali kerumah setelah capek jalan.
Hari kedua di Jogja kami menyewa
motor untuk jalan (bagian ini saya ceritakan secara terpisah ya hehe). Kami
berangkat ber-lima karena Nizar masih
sakit, jadi kami bergantian pasangan motor agar semua merasakan sendiri. Karena
kami tidak mengenali medan, jadilah kami mempercayakan google maps sebagai pemandu kami. Tujuan pertama adalah Kebun Matahari
Bantul. Kebun bunga ini ternyata masuk ke kawasan pantai-pantai. Ketika
memasuki kawasan wisata kami dikenai biaya tiket Rp10.000,00 (padahal ditiket
tertera Rp9.750,00). Setelah menempuh jalan hampir sekilo, bunga-bunga mulai
terlihat. Kami mengira bahwa kebun bunganya satu kawasan, ternyata salah. Kebun
bunga disini dimiliki oleh perorangan, jadi pinter-pinternya kita untuk memilih
kebun mana yang akan dimasuki. Kami juga salah masuk kebun bunga, awalnya saat
parkir (bayar lagi Rp2.000,00) kami kira satu kawasan, ternyata setelah masuk
baru kami sadar, bunga matahari bagus yang kami lihat saat parkir berada
dikawasan kebun bunga sebelah. Disini antar kebun bunga dipagar rapat.
Rata-rata setiap kebun memasang tarif Rp5.000,00 per-orang. Setelah puas
menikmati kebun bunga kami sempatkan untuk berhenti diwarung ibu pemilik kebun
untuk membeli es karena cuaca sangat panas. Disini kami mendapat informasi
bahwa jika kami masuk ke pantai-pantai yang masuk kawasan wisata ini kami tidak
akan dikenakan tarif lagi, tetapi tetap harus membayar parkir. Dan pantai
paling bagus adalah Goa Cemara. Kebetulan wisatawan lain juga bertanya mengenai
informasi yang ingin kami dapatkan, sejauh apa Gumuk Pasir dari kebun ini.
Beliau menuturkan bahwa Gumuk Pasir berada didaerah Pantai Parangtritis dan itu
jauh dari kebun ini ‘Lebih kurang setengah jam dari sini’, tutur ibu tersebut.
Berarti akan semakin jauh dari rumah Nizar. Kami langsung mencoret Gumuk Pasir
ada dilist perjalanan kami, ‘Kita ke Pantai Goa Cemara saja’. Oke langsung tanpa
pikir panjang kami mengambil motor berangkat. Biaya parkir per-motor
Rp3.000,00. Kalau ke pantai selatan jangan berharap bisa main air ya, soalnya
tau sendiri kan ombaknya kayak apa hehe. Jadilah kami hanya muter-muter dan
mendengarkan ombak yang sangat menenangkan. Disini tidak terlalu ramai, jadi
tenang untuk sekedar bengong-bengong ria. Setelah puas, kami langsung
meninggalkan kawasan tersebut untuk mencari makan.
Makan siang kami memilih di
Sambal SS karena sudah pasti enak dan pedas meskipun harus menunggu cukup lama.
Sambal SS yang kami tuju yaitu yang ada di jalan menuju ke Taman Sari, jadi
sejalan gitu. Kami sampai taman sari sekitar setengah tiga. Membayar parkir
Rp3.000,00 dan tiket masuk Rp5.000,00. Tips kalau ke taman sari untuk hunting
foto sebaiknya jangan saat libur sekolah atau hari Sabtu Minggu. Tempat ini
akan ramai, penuh, sesak, dan pengap khususnya di masjid bawah tanah. Oiya
jangan sungkan untuk tanya tour guide yang ada disekitar ya, yang memakai
seragam. Tidak ada salahnya menyewa tour guide untuk mengetahui berbagai
informasi situs sejarah dan juga arah jalan tentunya. Pengalaman kami selama
disana, kami kira setelah kolam dan bangunan yang ada dibelakang kolam (saya
lupa namanya) itu sudah selesai. Kami bingung karena di internet ada
tangga-tangga (ternyata itu masjid bawah tanah wkwk) tapi kami tidak menemukan.
Kami sudah keluar, tapi belum puas. Saat bertemu dengan bapak tour guide saya
beranikah bertanya dengan bermodal foto hasil comot internet, dan bapak
tersebut menyebutkan ‘Masjid Bawah Tanah’. Kami masuk lagi ke kawasan wisata
lewat pintu keluar tadi. Didalam kami bingung lagi harus kemana, dan akhirnya
kami bertanya lagi dengan bapak yang berseragam. Dengan arah-arah yang diberikan
beliau kami ikuti, ternyata ada jalan yang melewati pemukiman warga. Tidak
hanya masjid bawah tanah, ternyata Kampung Cyber juga dikawasan ini. Denah
wisata harusnya dipasang ketika pintu masuk utama, tapi ini malah di jalan
perkampungannya hm. Butuh cukup banyak tenaga untuk sampai didalam masjid bawah
tanah karena jalannya naik turun. Didalam kami tidak menemukan kenyamanan,
mungkin karena hal yang saya sebutkan diatas. Baru sebentar kami masuk,
langsung kami keluar untuk istirahat dan kembali ke parkiran. Tempat bersejarah
ini sangat apik untuk pengambilan foto.
Perjalanan kami lanjutkan dengan
mencari masjid. Dipintu keluar Taman Sari ada Masjid Kasultanan Yogyakarta,
tapi ramai. Akhirnya kami ke masjid Alun-alun Lor. Dan setelah itu kami kembali
pulang.
Malioboro menjadi pilihan malam
terakhir kami di Jogja. Esoknya kami pulang. Terimakasih Jogja, sampai berjumpa
kembali.
0 komentar:
Posting Komentar