Senin, 28 Januari 2019

Y O G Y A K A R T A [Girls Day Out]


Sebelum subuh saya sudah siap dan berangkat ke Bojonegoro, salat subuh diperjalanan dan sampai di terminal pada pukul lima pagi. Janjian kumpul jam 6, dan tepat. Saya berangkat ke Jogja bersama Bella, Niken, Nanda, Aldhia, dan Nizar naik tayo (bis) dengan tarif Rp25.000,00. Untuk sampai di Jogja kami harus ganti bus di Terminal Ngawi. Tayo pertama yang datang adalah tayo ekonomi, karena penuh sesak kami memutuskan menunggu tayo selanjutnya. Dan teryata yang datang patas, duh. Karena uang kami baru berkurang untuk membayar tayo yang tadi, dengan gaya gaya sok banyak duit naiklah kami. Kesan saya untuk bis patas adalah harga sesuai sih dengan fasilitasnya, oke banget. Kami memilih tanpa makan dengan membayar Rp45.000,00 dengan niatan irit hehe. Jadi ketika patas berhenti di rumah makan, kami hanya beli makanan ringan seperti tahu bakso, siomay, kentang goreng, dan lain-lain dengan kisaran harga Rp10.000,00 untuk mengganjal perut. Sekitar pukul 13.00 WIB kami sampai di Terminal Giwangan. Kami melanjutkan perjalanan ke Sewon, Bantul (kediaman Nizar) dengan menggunakan Grab.

Setelah sampai rumah kami bersih-bersih, istirahat, cari makan dan merencanakan perjalanan. Kami cari makan di sekitaran kampus ISI, kalau di Jogja gak perlu mikir harga saya kira, murah pasti. Malam ini kami ingin memulai perjalanan, tapi tiba-tiba malamnya hujan dan kami bimbang untuk pergi ke Pinus Pengger. Untuk mengobati kegagalan rencana kami, akhirnya pada pukul delapan malam kami pergi ke Alun-alun Kidul menggunakan grab. Nizar tidak ikut karena tiba-tiba badannya panas. Kami jalan-jalan mengelilingi alun-alun dan jalan jauh ke Plengkung Gading. Kami kembali kerumah setelah capek jalan.

Hari kedua di Jogja kami menyewa motor untuk jalan (bagian ini saya ceritakan secara terpisah ya hehe). Kami berangkat ber-lima karena Nizar  masih sakit, jadi kami bergantian pasangan motor agar semua merasakan sendiri. Karena kami tidak mengenali medan, jadilah kami mempercayakan google maps sebagai pemandu kami. Tujuan pertama adalah Kebun Matahari Bantul. Kebun bunga ini ternyata masuk ke kawasan pantai-pantai. Ketika memasuki kawasan wisata kami dikenai biaya tiket Rp10.000,00 (padahal ditiket tertera Rp9.750,00). Setelah menempuh jalan hampir sekilo, bunga-bunga mulai terlihat. Kami mengira bahwa kebun bunganya satu kawasan, ternyata salah. Kebun bunga disini dimiliki oleh perorangan, jadi pinter-pinternya kita untuk memilih kebun mana yang akan dimasuki. Kami juga salah masuk kebun bunga, awalnya saat parkir (bayar lagi Rp2.000,00) kami kira satu kawasan, ternyata setelah masuk baru kami sadar, bunga matahari bagus yang kami lihat saat parkir berada dikawasan kebun bunga sebelah. Disini antar kebun bunga dipagar rapat. Rata-rata setiap kebun memasang tarif Rp5.000,00 per-orang. Setelah puas menikmati kebun bunga kami sempatkan untuk berhenti diwarung ibu pemilik kebun untuk membeli es karena cuaca sangat panas. Disini kami mendapat informasi bahwa jika kami masuk ke pantai-pantai yang masuk kawasan wisata ini kami tidak akan dikenakan tarif lagi, tetapi tetap harus membayar parkir. Dan pantai paling bagus adalah Goa Cemara. Kebetulan wisatawan lain juga bertanya mengenai informasi yang ingin kami dapatkan, sejauh apa Gumuk Pasir dari kebun ini. Beliau menuturkan bahwa Gumuk Pasir berada didaerah Pantai Parangtritis dan itu jauh dari kebun ini ‘Lebih kurang setengah jam dari sini’, tutur ibu tersebut. Berarti akan semakin jauh dari rumah Nizar. Kami langsung mencoret Gumuk Pasir ada dilist perjalanan kami, ‘Kita ke Pantai Goa Cemara saja’. Oke langsung tanpa pikir panjang kami mengambil motor berangkat. Biaya parkir per-motor Rp3.000,00. Kalau ke pantai selatan jangan berharap bisa main air ya, soalnya tau sendiri kan ombaknya kayak apa hehe. Jadilah kami hanya muter-muter dan mendengarkan ombak yang sangat menenangkan. Disini tidak terlalu ramai, jadi tenang untuk sekedar bengong-bengong ria. Setelah puas, kami langsung meninggalkan kawasan tersebut untuk mencari makan.

Makan siang kami memilih di Sambal SS karena sudah pasti enak dan pedas meskipun harus menunggu cukup lama. Sambal SS yang kami tuju yaitu yang ada di jalan menuju ke Taman Sari, jadi sejalan gitu. Kami sampai taman sari sekitar setengah tiga. Membayar parkir Rp3.000,00 dan tiket masuk Rp5.000,00. Tips kalau ke taman sari untuk hunting foto sebaiknya jangan saat libur sekolah atau hari Sabtu Minggu. Tempat ini akan ramai, penuh, sesak, dan pengap khususnya di masjid bawah tanah. Oiya jangan sungkan untuk tanya tour guide yang ada disekitar ya, yang memakai seragam. Tidak ada salahnya menyewa tour guide untuk mengetahui berbagai informasi situs sejarah dan juga arah jalan tentunya. Pengalaman kami selama disana, kami kira setelah kolam dan bangunan yang ada dibelakang kolam (saya lupa namanya) itu sudah selesai. Kami bingung karena di internet ada tangga-tangga (ternyata itu masjid bawah tanah wkwk) tapi kami tidak menemukan. Kami sudah keluar, tapi belum puas. Saat bertemu dengan bapak tour guide saya beranikah bertanya dengan bermodal foto hasil comot internet, dan bapak tersebut menyebutkan ‘Masjid Bawah Tanah’. Kami masuk lagi ke kawasan wisata lewat pintu keluar tadi. Didalam kami bingung lagi harus kemana, dan akhirnya kami bertanya lagi dengan bapak yang berseragam. Dengan arah-arah yang diberikan beliau kami ikuti, ternyata ada jalan yang melewati pemukiman warga. Tidak hanya masjid bawah tanah, ternyata Kampung Cyber juga dikawasan ini. Denah wisata harusnya dipasang ketika pintu masuk utama, tapi ini malah di jalan perkampungannya hm. Butuh cukup banyak tenaga untuk sampai didalam masjid bawah tanah karena jalannya naik turun. Didalam kami tidak menemukan kenyamanan, mungkin karena hal yang saya sebutkan diatas. Baru sebentar kami masuk, langsung kami keluar untuk istirahat dan kembali ke parkiran. Tempat bersejarah ini sangat apik untuk pengambilan foto.

Perjalanan kami lanjutkan dengan mencari masjid. Dipintu keluar Taman Sari ada Masjid Kasultanan Yogyakarta, tapi ramai. Akhirnya kami ke masjid Alun-alun Lor. Dan setelah itu kami kembali pulang.

Malioboro menjadi pilihan malam terakhir kami di Jogja. Esoknya kami pulang. Terimakasih Jogja, sampai berjumpa kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

Copyright © Moccamoc | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑